Header Ads

Link Banner

Pastor Bert Hagendoorn OFM, Misionaris Katolik di Papua Meninggal Dunia

Misionaris Katolik

Berita Duka Pastor Bert Hagendoorn OFM, Misionaris Katolik di Papua Meninggal Dunia

Kabar duka datang dari Persaudaraan Fransiskan Provinsi Duta Damai, Papua. Seorang anggotanya, yakni Pastor Lambertus Henricus Hagendoorn, OFM atau dikenal Pastor Bert, meninggal dunia, Rabu, 2 Desember pukul 17.00 waktu Belanda.

Atribut Direction di Tag Marquee Portal HistoryA Berita & sejarah Portal HistoryA Berita & Sejarah

Dilansir di laman face book @Pace Engelberto Namsa Bade, seorang anggota Fransiskan Papua, Pastor Bert dirawat di rumah sakit di negeri Kincir Angin itu selama kurang lebih sebulan, sebelum akhirnya ia mengembuskan napas terakhir.


“Selamat jalan menuju Yerusalem Surgawi, Sdr. Bert. Terima kasih untuk segala bentuk pengabdiaanmu di Papua. Terima kasih untuk jasa baik di tanah Papua,” tulis Berto Namsa Bade, OFM, Kamis 3 Desember 2020.

“Semoga dari semua itu, engkau mendapat tempat yang layak bersama Dia, Sang Pemberi Hidup,” tambahnya.

Pastor Lambertus Henricus Hagendoorn, OFM lahir di Den Haag, Belanda, 22 Juli 1942, dari pasangan suami- istri Yohannes Augustinus Fransiskus Hagendoorn dan Arnolda Boomgaard.


Ia masuk Persaudaran OFM di Weert (Belanda) pada 7 September 1962 dan mengucapkan profesi pertama sebagai seorang Fransiskan muda di Venray, 8 September 1963. Empat tahun kemudian, ia mengucapkan profesi meriah di Alverna, pada 8 September 1966.

Pastor yang pernah mengenyam studi antropologi itu ditahbiskan menjadi imam di Amsterdam, pada 13 Juli 1969 dan ditugaskan menjadi pastor kapelan di Paroki St. Yosef Gouda Utara.

Ia tiba di Indonesia pada 17 Januari 1971 dalam rangka menjadi misionaris di Tanah Papua. Mula-mula ia belajar bahasa Indonesia di Yogyakarta dari Februari sampai Mei 1971, kemudian tiba di Papua pada 22 juni 1971.

Sejak saat itu, ia mulai menggarami Tanah Papua dengan nilai-nilai Injil dalam berbagai bidang karya. Pada 16 Oktober 1984, ia memilih untuk menjadi warga negara Indonesia.

Setelah selama hampir empat puluh tahun berkarya di bumi Cenderawasih, pada tahun 2019, ia kembali ke tanah kelahirannya, Belanda hingga Saudari Maut menjemputnya.
Salib Yesus Sebagai Simbol Penyelamat Kita Umat Manusia


SumberKATOLIK.NEWS

3 comments: